Friday 19 August 2011

Menggapai Lailatul Qadar

     Pada akhir sepuluh Ramadhan biasanya kaum muslimin hiruk pikuk dengan persiapan lebaran. Hal ini yang biasanya membuat ibadah kita sering terabaikan. Padahal diwaktu itu Allah memerintahkan kita semakin giat beribadah karena pada malam harinya diturunkan malam yang sangat istimewa, yaitu Lailatul Qadar.
     Lailatul Qadar adalah salah satu dari malam-malam bulan Ramadhan yang disebutkan dalam dua surat Al-Quran. Dalam surat Ad-Dukhan Allah menyifatkannya dengan malam yang mendatangkan keberkahan (lailah mubarakah) yang di dalamnya diselesaikan segala urusan. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) di malam yang penuh keberkahan. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang memberi peringatan. Di dalamnya diselesaikan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan 3-6).
     Dalam surat Al-Qadar Allah menyifatinya dengan sifat yang mulia, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malaikat turun di dalamnya. Dan malam itu merupakan salam (kesejahteraan) bagi umat manusia. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Malam Kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan. Malam Kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadar 1-5).

     Karena keistimewaan malam itu, Rasulullah dan para sahabat selalu menghidupkannya dengan banyak mengerjakan ibadah seperti shalat Tahajud, berdzikir, membaca Al-Quran, beri’tikaf, serta memperbanyak shadaqah.
     Demikian juga hal yang sama dilakukan oleh generasi setelahnya. Mereka berlomba-lomba melakukan kebaikan dengan memenuhi keperluan orang-orang yang memerlukan bantuan dengan menyembunyikan shadaqah-shadaqah mereka hingga tidak diketahui tangan kiri, apa yang diberikan tangan kanan.
     Sebagian hartawan dahulu menyembunyikan dirinya mencari keluarga-keluarga miskin di malam buta. Mereka memberikan segala yang dibawanya kepada keluarga miskin, tanpa dikenal oleh yang menerima pemberian itu. Dia kembali tanpa diketahui siapa dirinya.
     Inilah suatu adab yang tinggi yang sangat baik kita dalam meneladani sikap para ulama kaum muslimin terdahulu.

Keutamaan Lailatul Qadar

     Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda: “Siapa saja yang mengerjakan ibadah di malam Lailatul Qadar karena imannya kepada Allah dan karena mengharapkan keridlaanNya, niscaya diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
     Anas bin Malik Radhiallahuanhu berkata, ”Pada saat bulan Ramadhan masuk, maka Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya bulan ini hadir dihadapanmu. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tiada diberi kebaikan malam itu kepadanya, maka ia sungguh diharamkan atas seluruh kebaikan. Dan tidak diharamkan kebaikan, melainkan kepada orang yang tidak diberikan apa-apa.” (H.R. Ibnu Majah).
     Anas bin Malik menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan adalah bahwa amal ibadah seperti shalat, tilawah Al-Quran, dan dzikir serta amal sosial (seperti shadaqah dan zakat), yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan (tentu di luar malam Lailatul Qadar sendiri). Dalam riwayat lain Anas bin Malik menyampaikan keterangan Rasulullah bahwa sesungguhnya Allah mengkaruniakan malam itu untuk umat Nabi Muhammad, dan tidak memberikannya pada umat-umat sebelumnya.
     Sementara Abdullah bin Abbas ra menyampaikan sabda Rasulullah bahwa pada saat terjadinya Lailatul Qadar, para malaikat turun ke bumi menghampiri hamba-hamba Allah yang sedang qiyam al lail, atau melakukan dzikir. Para malaikat mengucapkan salam kepada mereka.
     Karena malam itu dinamakan juga sebagai lailatus Salam (malam keselamatan). Juga dapat dinamakan lailatus Syaraf (malam kemuliaan) bagi umat islam. Dapat juga dinamakan malam lailatut Tajall, malam dimana Allah melimpahkan cahaya dan hidayah-Nya kepada para ‘abid, shaim, dan orang-orang yang beribadat malam.
     Kemuliaan malam itu tidak saja karena diturunkannya Al-Quran, atau karena orang yang taat pada malam itu menjadi orang-orang yang mulia, tapi juga karena ibadah yang dikerjakan pada malam itu mendapat penghargaan yang luar biasa.
     Dengan banyaknya keutamaan Lailatul Qadar, sehingga Ibnu Abi Syaibah pernah menyampaikan ungkapan al Hasan al Bashri, katanya: “Saya tidak pernah tahu adanya hari atau malam yang lebih utama dari malam lainnya, kecuali Lailatul Qadar, karena Lailatul Qadar lebih utama dari (amalan) seribu bulan.”
     Ada riwayat yang mengatakan, bahwa bilangan Malaikat yang berada di bumi pada malam itu lebih banyak dari pasir dan Allah menerima tobat semua orang yang bertobat pada malam itu. Pada malam itu dibuka segala pintu langit, sejak dari terbenam matahari sampai terbitnya. Jibril turun dengan serombongan malaikat. Lalu mereka mengucapkan panji-panjinya di empat tempat : Pertama di sisi Ka’bah; Kedua, di sisi kubur Rasulullah SAW; Ketiga, di sisi Baitul Maqdis; Keempat, di sisi Mazjid Tursina. Kemudian mereka bertebaran di seluruh pelosok bumi, memasuk rumah orang-orang mukmin sambil bertasbih, bertaqdis, dan memohon ampunan bagi umat Muhammad. (Hasbi As Shiddiqie, Pedoman Puasa, halaman 243)
     Adapun terjadinya malam Lailatul Qadar terjadi khilaf dikalangan ulama. Ibnu Hazm berkata: “Lailatul Qadar sekali saja dalam setahun, tertentu di bulan Ramadhan di puluhan yang akhir dan tertentu di suatu malam yang ganjil. Jika bulan itu 29 hari, maka permulaan puluhan yang akhir, ialah malam 20. Dan malam Lailatul Qadar itu adalah malam 20, adakalanya di malam 22, adakalanya di malam 24, 26, atau di malam 28. Jika bulan itu penuh 30 hari, permulaan puluhan yang akhir ialah malam 21. Maka malam Lailatul Qadar adakalanya di malam 21, 23, 25, 27, atau malam 29.”
     Namun yang pasti malam itu disembunyikan oleh Allah. Menurut para ulama salaf tersembunyinya malam itu agar kita menghidupkan semua malam.
     Telah diriwayatkan dari Aisyah Radhiayallahu ‘anha bahwasanya beliau bertanya :”Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika Aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus Aku ucapkan?” Beliau menjawab “Ya Allah, Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf dan Suka Memaafkan, maka maafkanlah hamba.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad sahih) Semoga kita bisa meraih malam itu.
(Dikutip dari Lembar Jumat al-Qalam)

0 comments:

Post a Comment