Thursday 11 August 2011

Sabar Dalam Ketaatan

     “Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Robbnya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka, secara tersembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapatkan tempat kesudahan (yang baik).” (Qs. Ar-Ra’d:19-22).
     Ibnu Qayim dalam kitab Idatush Shabirin menyatakan, sabar dalam ketaqwaan mencakup seluruh kedudukan (Maqam) islam dan iman. Banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan perintah untuk bersabar dalam menghadapi takdir Allah dan sabar dalam meninggalkan larangan Allah. Allah telah menyampaikan tiga perkara ini dalam firmanNya, “Jika kamu bersabar dan bertaqwa.” (Qs. Ali Imran:186). Dan, “Sesungguhnya barang siapa yang bertaqwa dan bersabar.” (Qs. Yusuf:90). Serta, “Hai, orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Qs. Ali Imran:200).
     Seseorang harus sabar diatas ketaatan, karena ketaatan itu berat bagi jiwa dan terkadang berat bagi badan, bahkan juga dari sisi harta. Semisal ibadah haji, ibadah ini memerlukan kesabaran menahan diri dari hal-hal yang dilarang, ini tentunya berat dan menyusahkan jiwa pelakunya. Juga dalam haji banyak amalan badan, dari melempar jumrah, thawaf, sa’i dan lain-lainnya yang menyebabkan kesulitan dan kelelahan badan. Ditambah lagi harus keluar uang dan harta yang tidak sedikit. Semua ini tentunya mengharuskan adanya kesabaran.
     Demikian juga meninggalkan larangan dan menahan diri dari kemaksiatan membutuhkan kesabaran. Sebab hawa nafsu mendorong kita berbuat maksiat dan melanggar larangan Allah. Sehingga seseorang harus tabah dan sabar menahan dirinya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Allah berfirman, “Hai, orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Qs. Ali Imran:200).
     Syeikh Ibnu Utsaimin menafsirkan ayat di atas dengan menyatakan, Allah memerintahkan kaum mukminin untuk bersabar dari kemaksiatan. Kemaksiatan tidak terjadi kecuali ketika hawa nafsu mendorongnya. Oleh karena itu seseorang harus sabar dan kuat dalam melawan dorongan untuk berbuat maksiat. Kesabaran sangat dibutuhkan karena melaksanakan ketaatan sama dengan beratnya meninggalkan maksiat bagi jiwa dan hawa nafsu.
     Oleh karena itu siapa yang ingin sukses dalam mewujudkan sabar dalam ketaatan dan sabar meninggalkan kemaksiatan harus mampu mewujudkan hal tersebut di atas. Kesabaran harus tetap dilatih sekuat mungkin hingga dapat mewujudkan ketaqwaan dalam diri kita masing-masing. (Kholid Syamhud iLc)
(Dikutip dari Buletin Baitul Izzah Edisi 06 Tahun 3)

0 comments:

Post a Comment