Thursday 11 August 2011

Ruh Ibadah

     Muhammad AL-Ghazali dalam bukunya ‘Akhlak Seorang Muslim’ menyatakan, meskipun ibadah-ibadah yang diperintahkan ajaran islam sangat bervariasi cara dan bentuknya, namun ibadah-ibadah tersebut memiliki ruh dan nafas yang sama. Yakni terbentuknya akhlak yang mulia dalam kehidupan seorang muslim. Akhlak mulia itu tercermin terutama setelah yang bersangkutan melakukan kegiatan-kegiatan ibadah tersebut.
     Seorang muslim yang shalatnya khusuk, disamping ketika melaksanakannya tepat dan benar, juga setelah shalat tersebut berusaha menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Yaitu, perbuatan yang merusak diri, keluarga, dan kehidupan bermasyarakat. Allah SWT berfirman, “Bacakan apa yang telah diwayuhkan kepadamu, yaitu Alkitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs Al-Ankabut:45).
     Demikian juga dengan zakat, infaq, dan sedekah yang ditunaikan, sesungguhnya mengantarkan pada kesucian jiwa dan harta (Qs. At-Taubah:103) serta tanggung jawab sosial yang tinggi. Ada makna simbolik bahwa pada setiap harta yang dimiliki terdapat hak orang lain. Allah SWT berfirman tentang sifat-sifat orang mukmin yang akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan, “Dan sesungguhnya pada harta mereka terdapat bagian tertentu bagi orang yang meminta ataupun yang tidak meminta.” (Qs. Al-Ma’arif:24-25).
     Shaum yang dilakukan dengan benar akan mengantarkan pelakunya pada perilaku taqwa dan kemampuan mengendalikan diri yang sangat tinggi (Qs. Al-baqarah:183). Demikian pula ibadah haji dan umrah, akan menumbuhkan ruh dan nafas pengorbanan yang tinggi, persamaan, ukhuwah, dan persaudaraan antara sesama muslim, dan mujahadah (kesungguhan) dalam melakukan berbagai tugas pengabdian kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia.
     Atas dasar itu semua, maka ruh dan nafas ibadah berupa terbentuknya akhlak yang mulia inilah yang harus senantiasa kita tumbuh kembangkan agar di tengah-tengah berbagai kerusakan dan degradasi moral yang terjadi sekarang ini. Kaum muslimin tetap memiliki integritas pribadi dan moral yang tinggi yang mampu meredam berbagai perilaku yang merusak. (KH Didin Hafidhuddin)
(Dikutip dari Buletin Baitul Izzah Edisi 06 Tahun 3)

0 comments:

Post a Comment