Monday 8 August 2011

Menjadikan Ramadhan Lebih Bermakna

     Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Umat islam hendaknya mengambil keberkahan Ramadhan dengan melakukan berbagai aktifitas positif yang bernilai ibadah. Berikut ini panduan ringkas untuk lebih memaknai kehadiran bulan suci Ramadhan.
     Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah). Kualitas ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah yang kita lakukan harus dapat mengubah dan memberikan arti positif.  Perubahan bukan hanya untuk diri pribadi, namun juga mencakup perubahan keluarga, masyarakat bahkan bangsa. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS AR-Ra'du:11).
     Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat). Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu nereka ditutup dan pintu surga dibuka, sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali pada kebenaran. Taubat bukan hanya terkait dengan kesungguhan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT berfirman, "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS An-Nuur 31).
     Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da'wah. Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para dai, ulama dan seluruh umat untuk melakukan dakwah dan tarbiyah, melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar islam dan meramaikan mazjid dengan aktifitas ta'lim, kajian kitab, diskusi, ceramah, dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan.
     Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi). Ibadah dibulan Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain dengan melupakan perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. (Hudzaifah.org/ton)
(dikutip dari Buletin Baitul Izzah Edisi 06 Tahun 3)

0 comments:

Post a Comment