Wednesday 24 August 2011

Ramadhan Melahirkan Manusia Baru

     Bulan Ramadhan selama ini dikenal sebagai bulan peningkatan ibadah (syahrul ibadah). Artinya, mereka yang menjalankan ibadah puasa dan rangkaian ibadah lain selama bulan suci Ramadhan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya. Berbagai janji ‘bonus’ telah tebarkan untuk hambanya-Nya yang menjalankan ibadah selama bulan suci ini, namun kita tahu tidak semua dapat meraih ‘bonus’ itu bahkan banyak yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. “Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali rasa lapar saja, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya, kecuali hanya tidak tidur malam saja.” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi)
     Sabda Rasulullah ini menyiratkan makna, betapa banyak mereka yang telah menjalankan ibadah puasa namun tidak mampu memahami hakekat sesungguhnya ibadah puasa. Mereka menahan lapar dan dahaga tetapi tidak menangkap roh sejati dari perintah untuk lapar dan dahaga itu. Padahal Allah dengan tegas telah menyatakan bahwa tujuan akhir dari pelaksanaan puasa ibadah puasa adalah meraih derajat ketaqwaan. “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (Qs. Al-Baqarah: 183).

     Untuk menjadi manusia bertaqwa tentu tidak cukup hanya dengan menahan lapar dan dahaga saja. Dibutuhkan peningkatan kualitas dalam segala aspek kehidupan yang berkaitan dengan tugas sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu puasa Ramadhan seharusnya menjadi momentum untuk berubah menjadi manusia baru yang lebih dekat menuju kesempurnaan taqwa. Bulan suci Ramadhan seharusnya menjadi Syahrul Tarbiyah atau Bulan Pendidikan untuk mendidik mereka menjadi manusia baru yang memenuhi syarat sebagai manusia bertaqwa.
     Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika Umar bin Khatab bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang taqwa. Ubai balik bertanya, “Apakah Anda pernah melewati jalan yang banyak durinya?” “Pernah” Jawab Umar. Ubai bertanya kembali, “Bagaimana ketika Anda melewatinya?” Umar menjawab, “Saya bersungguh sungguh serta berhati-hati sekali supaya tidak kena duri.” Ubai akhirnya mengatakan, “Itulah arti Taqwa yang sebenar-benarnya.” Bila mengacu pada atsar Umar ra tersebut, maka puasa Ramadhan akan melahirkan manusia baru yang selalu berhati-hati dalam kehidupannya. Mereka adalah manusia bertaqwa yang bersungguh-sungguh menjauhi segala larangan Allah dan berhati-hati supaya tidak terjerumus di dalamnya. Mereka adalah manusia yang konsisten berjalan di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
     Ramadhan juga akan melahirkan manusia baru yang tidak saja semakin dekat kepada Allah, tetapi juga manusia baru yang lebih mencintai sesama, berakhlak mulia, dan selalu menjaga perilakunya. Rasulullah SAW ketika ditanya tentang sebab yang paling banyak yang memasukan manusia ke surga, beliau menjawab, “Ketaqwaan kepada Allah dan Akhlak yangh baik.” Beliau ditanya lagi, “Apa penyebab banyak manusia masuk neraka?” Rasulullah SAW menjawab, “Mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban) Rasulullah juga bersabda, “Kemulian dunia adalah kekayaan dan kemulian akhirat adalah ketaqwaan. Kamu baik laki-laki maupun perempuan, kemulianmu adalah kekayaanmu, keutamaanmu adalah ketaqwaanmu, kedudukanmu adalah akhlakmu dan (kebanggaan) keturunanmu adalah amal perbuatanmu.” (HR. Ad-Dailami)
     Manusia baru yang lahir dari proses pendidikan selama Ramadhan seharusnya juga memahami bahwa ketaqwaan itu harus dijaga dan dipelihara sepanjang hidup. Mengapa? Karena hal itu akan mengantarkannya menuju ampunan dosa, mendapat furqaan, dan menuju kemuliaan akhirat, sebagaimana dijanjikan Allah, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs. Al-Anfaal: 29) Mari menjadi manusia yang bertqawa.
(Dikutip dari Buletin Baitul Izzah Edisi 07 Tahun 3)

0 comments:

Post a Comment